SERAT WEDHATAMA: DUR ANGKARA
Dari sekar Pocung karya Sri Mangkunegara IV dalam Serat
Wedhatama: “ ........ Setya budya pangekese dur angkara”. (berkomitmen untuk menaklukkan nafsu angkara). Sekar Pocung yang ditulis dalam Laku: Supaya Ing Sasmita Amrih Lantip lengkapnya sebagai berikut:
Ngelmu iku kelakone kanti laku; lekase lawan kas; tegese kas nyantosani; Setya budya pangekese dur angkara;
Mungkin
tadi tidak saya perhatikan karena konsentrasi saya di tempat lain. Saya
selalu membayangkan “Angkara” seperti gambaran penjajah yang menghisap
habis-habisan hasil dari kawasan yang dia kuasai dan menelantarkan
rakyatnya. Dalam Bausastra Jawa, Poerwadarminta pengertian angkara
adalah: “kumudu ndheweki” (ingin memiliki sendiri), murka; Murka: selain
sama dengan angkara juga diartikan “ora nrima ing pandum” Sedangkan
Dur: Jelek. Pada umumnya kata yang berawalan “dur” artinya jelek,
kecuali duren, tentusaja.
Angkara
dan murka dalam pengertian ingin memiliki sendiri dan ingin memiliki
hak orang lain, Awalan kata “Dur” menunjukkan bahwa Angkara itu jelek.
Oleh sebab itu kita harus benar-benar “setya budya” dalam “ngekes” nafsu
“dur angkara ini”
Berarti
untuk memiliki sifat “angkara” tidak perlu menunggu kita menjadi cukup
tua untuk mampu merebut wilayah negara lain, mencuri uang rakyat dan
hal-hal yang berat-berat lainnya. Sifat “angkara” atau “murka” Anak SD
pun sudah bisa memiliki sifat “angkara” ini. Misalnya merebut mainan
adiknya, punya kue dimakan sendiri tapi kue teman diminta. Semakin
dewasa maka sifat angkara ini kalau tidak dikendalikan bisa makin
meningkat kualitas dan kuantitasnya.
Yang
di atas adalah bait pertama dari pupuh Pocung, Serat Wedhatama. Bait
kedua dalam alunan tembang yang berkumandang dapat kita ikuti dengan lengkap, sebagai berikut:
Angkara gung; Neng angga anggung gumulung; Gegolonganira; Triloka lekeri kongsi; Yen den umbar ambabar dadi rubeda.
Terjemahannya kurang-lebih sebagai berikut:
Sifat
angkara yang besar; Di dalam diri besar dan bergulung; Jangkauannya;
Meliputi hingga tiga dunia; jika dibiarkan saja akan berubah menjadi
gangguan.
Bila
dalam bait pertama kita diingatkan supaya berkomitmen melawan sifat
angkara, maka bait kedua mennjelaskan bahwa sifat angkara bila dibiarkan
akan makin besar dan bisa menimbulkan masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar