31b. Segalanya telah siap sedia,
tidak ada yang kurang, berisi permata dari gunung terutama hiasan istana
itu telah disiapkan. Sangat indah itu. Sang Raja telah menyucikan diri,
berdua dengan permaisurinya. Sajian telah disiapkan lengkap, sangat
mempesonakan dilihat. Maharaja Erlangga mendekat kepada Sang Pendeta
Baradah, (di sana) di tempat penyambutan. Bukan main pesonanya, asap
mengepul berbau harum dan pendupaan menyala, memenuhi seluruh bumi,
tersebar hing di angkasa. Golongan resi di langit segera (melihat)
pendupaan mengepul tebal, semua menonton dari angkasa, bagaikan memuji
perbuatan Sang Raja Erlangga, seperti ikut hadir memberi restu
peristiwanya. Bunyi-bunyian ramai, termasuk alat musik instrumen tiup,
gong, dan gendang berbynya bersamaan. Pereret, alat musik angin,
gendang, gong serentak
32a. berbunyi riuh. Sang Pendeta berkata, “Silahkan datang ke mari Paduka Raja. Sekarang ini saya belum melakukan upacara sěděpterhadapmu, saya minata duduk di sana juga. Saya (membuat) upacara sěděp untuk
Anda dengan gelar Jatiningrat.” Sang Raja bersama permaisuri menghormat
kepada Sang Pendeta Baradah. Dipindahkan bunga-bunga di dalam mangkuk,
didasari emas, bunga itu digetarkan tiga kali. Segera diupacarai sang
Raja bersama istrinya oleh Sang Pendeta. Selesai upacara, beliau
diajarkan tentang Sang Hyang Dharma, mengenai kelahiran dan rasa
ketidakjadian serta akhir segala yang ada, baik kecil maupun besar (di
dunia). Semua telah diajarkan olehnya. Itu diberitahukan secara rahasia
pengetahuan menuju jalan kebenaran, akan membuat perjalanan selamat,
dijalaninya, yang bertapa di kerajaan, menjadi pertapa di hutan dan
gunung. Lagi pula tata cara catur asrama diberitahukannya, seperti :Agrahastana, Awanapastra, Abiksukana, dan
32b. Brahmacarina. Artinya : Agrahastana artinya “Pendeta yang beristri beranak dan bercucu.” Wanapastra artinya “bertempat tinggal di tengah hutan lebat,” wana artinya “hutan”, patraartinya
“daun-daunan”, dan “rumput.” Berhenti makan apabila tidak dapat memetik
rumput dan daun (di sana) di pertapanya. Baik hidup maupun mati tidak
berpindah dari tempat itu.Biksuka artinya “pendeta yang
sejahtera,” berwenang membunuh, berwenang memiliki hamba sahaya
secukupnya, beristri dan berhubungan seksual, tidak akan dihukum oleh
Sang Raja, sebab telah pada tempatnya demikian. Brahmacariyanamanya itu Catur Beda, yaitu Suklabramacari, tan trěsnabrahmacari, swalabramacari, dan bramacari těměn.Yang disebut Suklabramacari adalah orang (yang) bertapa, belum mengetahui rasa nasi dan daging, rasa hubungan suami
33a. istri belum tahu. Menjadi pertapa terus dari kecil, itu namanyasukla bramacarya. Yang disebut tan trěsnabrahmacarimemiliki
budi pikiran (tidak) bohong merusakkan dharma, yaitu mendapatkan ajaran
mulia, dan merasakan makna sepatah atau dua patah kata, lalu merasa
banyak olehnya. Akhirnya, meninggalkan asalnya, anak, dan istrinya tanpa
alasan, lalu belajar. Itu namanya tan trěsnabrahmacari. Swalabramacari itu
namanya, ialah terjadi perselisihan dengan istrinya, menimbulkan rasa
malu, lebih-lebih jika disuruh berperang oleh Tuannya. Dia tidak
berhasil malu, lalu bertapa. Bramacari těměn itu namanya, setiap
pendeta yang nyata tahu rasa semua dan mengetahui seluk beluk alam
semesta. Tempatnya, (seperti) jika telah sempurna mantera. Habis dharma
semua, yaitubramacari těměn namanya. Itu catur asrama namanya. Kedudukan Sang Pendeta
33b. masing-masing. Ingatlah itu
jangan lupa (dengan) kamu, anakku Sang Raja, tapamu di istana. Janganlah
tidak mengikuti prilaku masa lalu, jangan ada yang mengurangi dan
menambah warna putih dunia. Yang ada pada waktu dahulu hendaklah ada
pada waktu sekarang, yang tidak ada pada waktu dahulu hendaklah tidak
ada pada waktu sekarang. Yan gmendalam dijumpai juga olehmu memandang,
turuti (lah) olehmu. Janganlah engkau tidak perhatikan rakyatmu itu. Ada
yang disebut Dewasasana, Rajasasana, Rajaniti, Rajakapa-kapa, Manusasana, Siwasasana, Rěsisasana dan Adigama. Itulah
hendaknya agar senang hati olehmu, enaklah dinikmati di dunia
menyakrawati, bukan saja di pulau Jawa di sini, tetapi juga termasuk
berkuasa di Nusantara. Senang pikiran seluruh dunia olehmu, sebab engkau
telah mempunyai watak Sang Hyang Dharma, mengetahui rahasia hidup dan
mati, telah mengetahui surga dan neraka.
34a. Waspada dengan
keberhasilanmu. Kamu tahu seluk-beluk dunia dan tata tertib dunia. Tidak
ada yang patut dikhawatirkan di dunia, ingatlah pemberitahuanku, Sang
Raja, jangan lupa.” Berkatalah Sang Raja kepada Sang Pendeta, “Mohon
pamit putra Tuan Hamba Sang Pendeta atas nasihat Sang Pendeta.” Habis
ajaran yang diberikan oleh Sang Pendeta, sangat sayang Sang Pendeta
terhadap putra Sang Pendeta. Terang benderang rasa pikiran putra Sang
Pendeta begitu diterangi pleh ucapan Sang Pendeta budiman. Setelah itu
bubar upacara Sang Raja. Ia yang dipuja oleh orang-orang di seluruh
pertapaan. Mereka diberi makanan. Tidak ada kekurangannya, berbagai isi
lautan dan gunung ada di sana. Sang Raja bersama istri menghadap beliau,
tidak disebutkan macam perintah yang berupa larangan, dan temannya
menjadi pandu. Semua
34b. turut bersama menghadap di
sana. Senang tertawa-tawa, mereka bercerita panjang lebar. Setelah malam
mereka menginap di balai-balai, di tempat bermalam Sang Pendeta.
Keesokan hari beliau minta pamit kepada putranya. Berkatalah beliau Sang
Pendeta kepada Sang Raja, “Ayah ingin pamit anakku, Sang Raja. Saya
akan pulang ke asrama.” Berkatalah Sang Raja, ”Tuanku yang mulia, orang
tua raja pulang ke asrama, sekarang putra Sang Pendeta akan memberi upah
kepada Sang Pendeta.” Sang Raja berkata meneruskan, hendak mengutus
Apatih dan Ken Kanuruhan, agar mengiringi Sang Pendeta yang akan pulang
ke asramanya. Semuanya menyiapkan kereta gajah dan kuda diberikanlah
kepada sang Pendeta oleh Sang Raja, dan uang 50.000, 50 perangkat
pakaian, emas dan permata serba banyak, juga pengikut pekerja sawah
seratus orang, pemahat seratus orang, kerbau dan sapi, pekerja
35a. banyak, akan diserahkan
kepada Sang Pendeta. Sang Pendeta berkata, “Saya terima pemberian Anda,
Sang Raja. Ada lagi pesan saya kepada Anda, janganlah tidak belas
kasihan kepada yang kasihan, terutama kepada segenap Pendeta yang hina,
janganlah Anda tidak memuliakan.” Sang Raja menghormat kepada Sang
Pendeta, lalu mengusap debu kaki Sang Pendeta Baradah, diletakkan di
ubun-ubun Sang Raja, berdua dengan permaisurinya. Sang Pendeta berkata
lagi, :Ya, tinggallah putraku semoga Anda selamat, janganlah tidak ingat
akan semua nasihat saya. Siang dan malam hendaklah diperhatikan.” Sang
Pendeta segera pergi. Dia mengendarai kereta diiringi oleh Rakryan
Apatih, Kanuruhan, dan Tumenggung. Tidak diceritakan beliau di jalan,
cepatlah perjalanan Sang Pendeta. Tidak diceritakan petani-petani yang
dilewatinya, semua heran terhadap Sang Pendeta, karena beliau sangat
sakti, tidak ada
35b. bandingannya. Beliau segera
datang di asrama Semasana. Ken Apatih segera pamit menghormat kepada
beliau, juga Kanuruhan dan Tumenggung. Mereka (bersama) kembali ke
kerajaan. Tidak diceritakan Ken Apatih, Ken Kanuruhan dan Tumenggung.
Mereka telah pergi dari asrama. Diceritakan Sang Pendeta, beliau
disongsong oleh putrinya, bernama Wedawati. Beliau dijemput di pintu
gerbang, sama senang perasaan Sang Pendeta dan putrinya. Segera bersama
masuk ke dalam asrama. Tidak diceritakan Sang Pendeta, telah ada di
asramanya. Diceritakan tingkah laku beliau Sri Raja, ketika ada di
kerajaannya. Senang, sejahtera dan bahagia hatinya. Enaklah seluruh
dunia ketika masa pemerintahannya, karena kesusahan tidak ada. Adapun
jalan dibuka di tempat yang tertutup sulit didatangi, di tempat
penyamun, dan di tempat perampokan. (Di situ) ditempatkan orang-orang
dan dijadikan desa. Jalan-jalan menuju tegalan, hutannya memanjang
kejauhan dari utara ke selatan, barat dan timur, menyebabkan orang-orang
36a. melewati jalan. Di tempat itu disuruhnya menanami beringin dan pohon bodhi, ambulu (Ficus infectoria), dijajar-jajarkannya,
sehingga teduhlah tempat-tempat orang lewat. Tidak diceritakan
orang-orang Nusantara, semua percaya mengabdi kepada Sang Raja. (Daerah)
seberang, Malayu, Palembang, Jambi, Malaka, Singapura, Patani (daerah
di Semenanjung Malaka), Pahang (daerah di Semenanjung Malaka), Siyam,
Cempa (daerah di Kamboja), Cina, Koci (daerah di Vietnam), Keling
(daerah di Selat Malaka), Tatar (bangsa Tatar di Cina), Pego (daerah di
Birma), sampah Kedah (daerah di Semenanjung Melayu), Kutawaringin (di
Kalimantan), Kate (Kutai), Bangka, Sunda, Madura, dan Kangayan (pulau
Kangayan). Makasar (daerah di Sulawesi), Seram (di Maluku), Goran (di
Maluku), Pandan, Peleke, Moloko (Maluku), Bolo (Pulau Buru atau kerajaan
Telo di Sulawesi), Dompo (Dompu), Bima (di Sumbawa), Timur (Timor),
Sasak (Lombok), dam Sambawa (Sumbawa). Sekian jumlah Nusantara itu yang
menyerahkan upeti kepada Sang Raja. Beliau yang bernama Jatiningrat dan
Maharaja Erlangga nama nobatnya. Adapun para Brahmana, Buhjangga, beliau
para Rsi, semua menduduki tempatnya masing-masing, ada di kerajaan dan
ada di asramanya. Senanglah semuanya
36b. sampai para petani. Tidak
henti-hentinya turun hujan, berhasil panennya, murahlah segala yang
dimakan. Rakyatnya semua tertib mengikuti tata cara lama. Adapun putra
beliau dua orang, sama muda dan tampan rupanya. Beliaulah yang akan
diangkat menjadi raja, tetapai Sang Raja sedang bingung mengenai tempat
pengangkatannya. Seorang (ingin) akan diangkat (raja) di Nusantara
seorang, yan gsatu lagi diangkat raja di Pulau Jawa. Sang Raja sedang
khawatir pikirannya. Apa sebabnya begitu? Sebab putranya itu masih muda
tidak tahu memerintah negara. Jika kurang dana, akhirnya tidak memiliki
rakyat di kemudian hari. Itulah sebabnya tidak diberikan akan memerintah
jauh. Namun, maksud Sang Rja, hendak mengangkat raja di Bali seorang
dan di Jawa seorang, sebab di Bali dekat sama seperti masih di Pulau
Jawa. Lalu Sang Raja keluar dihadap oleh rakyat banyak diam membungkam.
Sang Raja segera berkata, memberitahukan hal (kepada) para mentrinya
semua. Di sana Patih,
37a. Kanuruhan dan para
menterinya, termasuk pula para Brahmana, Buhjangga, dan Rsi. Sang Raja
berkata, “Keinginan saya, Patih, sekalian para Menteri saya (semua),
serta Kanuruhan semua. Ada beliau Brahmana, Buhjangga dan Rsi. Saya akan
mengangkat raja putra saya, di Bali seorang dan di Jawa seorang.
Bagaimanakah menurut perasaan kalian? Saya juga akan menyuruh datang
menuju Semasana di Buh Citra, minta pertimbangan Tuan Hamba Sang
Pendeta, nasihat suci untuk saya.” Ken Apatih dan para Menteri
berkata, terutama Sang Mahawidja, semua setuju dan menurut, jika
memberitahukan kepada Sang Pendeta. Sang Raja berkata lagi, akan
mengutus Kanuruhan pergi ke asrama. Ken Kanuruhan minta diri dan
menyembah di hadapan Sang Raja. Segera berjalan, Ken Kanuruhan naik di
kereta.
37b. Lepaslah perjalanan
Kanuruhan, diikuti oleh pengiringnya. Dia segera datang di asrama.
Turunlah Ken Kanuruhan dari kereta, masuk ke dalam gapura, bertemu
dengan Sang Pendeta yang sedang dihadap oleh muridnya semua. Dia menyapa
Ken Kanuruhan, “Om-om, Ken Kanuruhan, bahagia kamu. Apakah tujuan
menghadapku datang ke asrama?” Ken Kanuruhan berkata, “Ken Kanuruhan
diutus oleh putra Tuan Hamba, disuruh agar menanyakan kepada Sang
Pendeta, oleh karena putra anak Tuanku, Tuan Hamba yang dua orang itu,
akan diangkat raja di Bali seorang, raja di Jawa seorang. Demikian
pertanyaan anak Tuan Hamba ke hadapan Sang Pendeta. Nasihat Sang Pendeta
akan dituruti oleh anak Sang Pendetea.” Berkatalah Sang Bijaksana,
“Jika benar demikian keinginan
38a. Sang Raja, tidak dapatlah
jika demikian, sebab di Bali itu, sungguh tidak ada raja memerintah
sekarang, tetapi ada beliau Sang Pendeta, tinggal di sana di asrama Desa
Silayukti. (Dia) sesungguhnya lebih tua dari saya. Beliau sangat sakti,
luar biasa tidak ada bandingannya. Itulah yang barangkali beliau tidak
suka, sebab tidak terhingga saktinya. Sang Pendeta Kuturan namanya. Saya
akan datang ke Bali terlebih dahulu, akan mendatangi Sang Pendeta di
Sukti, meminta anugrah Sang Pendeta. Kamu Ken Kanuruhan pulanglah ke
kerajaan, beritahukanlah kepada Sang Raja semua perkataan saya denganmu.
Apabila saya datang dari Bali, saya akan menuju ke kerajaan untuk
menghadap putraku, akan memberitahukan hasil perjalanan saya datang dari
Bali.” Ken Kanuruhan minta pamit menyembah di kaki Sang Pendeta.
Pulanglah dia ke kerajaan. Berangkatlah ia dari
38b. asrama. Tidak diceritakan di
jalan. Ia segera datang di kerajaan, hendak memberitahukan kepada Sang
Raja semua pesan Sang Pendeta. Tidak diceritakan Sang Kanuruhan, telah
melaporkan kepada Sang Raja. Berkatalah Sang Pendeta Baradah memberikan
perintah kepada putrinya bernama Wedawati, “E, putriku Wedawati,
janganlah kamu tergesa-gesa moksa dahulu sampai saya datang dari Bali,
lagi pula pekerjaan saya belum selesa, kelak engkau bersama saya.”
Putrinya menyetujui (akan) ucapan Sang Pendeta. Lalu Sang Pendeta
Baradah berangkat menuju Bali, tujuannya datang di Asrama Sukti. Adapun
desa-desa yang dilewati dari asrama di Semasana Lemah Tulis, yaitu di
Watulambi, di Sangkan, Banasara, di Japana, Pandawan, Bubur Mirah,
melewati Desa Campaluk, Kandikawari, di Kuti dan Koti. DI sana beliau
bermalam semalam. Esok hari beliau berjalan lagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar